Minggu, 22 November 2015

Ibu Sayang Kamu (Kisah Nyata Perjuangan Kasih Sayang Ibu)

Apa yang dilakukan anak-anak zaman sekarang jika mereka diberi kado ponsel dengan layar hitam putih, cuma bisa sms dan telponan, sudah tidak beredar lagi di pasaran dan tidak ada permainan flappy bird? Mungkin kado itu bakalan ditolak oleh mereka. Tapi, tidak demikian dengan Mei Hwa. Seorang gadis kecil berusia 6 tahun di satu daerah di Cina sana. Mei Hwa menerima kado ponsel jadul itu sebagai kado terindahnya yang akan dia jaga sepanjang hidupnya.

Kenapa? Kok gitu sih? Itu karena satu tulisan di ponsel tersebut yang membuka jati diri Mei Hwa. Cerita kemudian bergerak mundur ke belakang. Tentang Sebuah gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter memporakporandakan sebuah daerah di Cina dan menewaskan 10 ribu warganya. Banyak warga yang terjebak dalam reruntuhan bangunan dan juga banyak relawan yang membantu mengevakuasi warga yang terjebak. Salah satu relawan itu bernama Pak Su Hwan.

Setelah dua hari menyisir bangunan-bangunan yang roboh, Pak Su Hwan menemukan sebuah keajaiban. Dia menemukan jasad seorang ibu muda yang mendekap sesuatu dalam selimut. Yang ternyata di dalam selimut itu ada seorang bayi yang tengah menyusu ke jasad ibu muda itu. Ibu itu mencoba melindungi bayinya agar tetap bertahan hidup dan menuliskan sesuatu di ponselnya sebagai pesan untuk anaknya. 6 tahun kemudian ponsel itu diberikan kepada si bayi yang sudah tumbuh menjadi seorang gadis kecil. Ya, gadis kecil itu adalah Mei Hwa.

Itulah cerita pembuka dalam sebuah buku berjudul Ibu Sayang Kamu (Kisah Nyata Perjuangan Kasih Sayang Ibu). Sebuah buku yang bercerita tentang perjuangan dan cinta para ibu yang luar biasa. Cerita tentang bagaimana kasih sayang ibu banyak kita dapati sepanjang usia kita. Kita pun tentu juga mengalaminya, bagaimana ibu kita berjuang untuk diri kita.

Perjuangan dan kasih sayang sudah para ibu lakukan sebelum bertatap muka langsung dengan anak-anak mereka. Sebelum mereka tahu apa jenis kelamin anak mereka. Tanpa mengetahui bagaimana bentuk fisik anak mereka, para ibu sudah mencurahkan segala cinta, kasih dan sayangnya dengan menjaga dan memberikan asupan gizi terbaik untuk anak mereka saat mereka masih mengandung.

Selain cerita tentang Mei Hwa, ada juga cerita bagaimana tegarnya seorang ibu berjuang untuk anaknya yang terserang virus rubella yang merusak dan menggerogoti organ tubuh bayi Bu Kenanga, nama ibu tersebut. Mata buah hati Bu Kenanga terkena katarak, telinganya tuli, jantungnya bocor, mikrosefalus (kepala kecil), sistem saraf di tubuhnya juga kena sehingga kepalanya lunglai kalau ditegakkan dan biasanya bermasalah dengan gizinya.

Sejak vonis dokter tersebut Bu Kenanga pun menjadi pengunjung setia rumah sakit besar di Jakarta. Bu Kenanga berjanji akan terus berjuang demi kemajuan anaknya. “Ibu akan terus berjuang untuk kemajuanmu, Nak! Langkah ibu untukmu. Langkah yang memiliki kekuatan seribu kuda, yang selalu siaga mengantarmu ke mana pun kau pergi,” bisik Bu Kenanga ketika menatap buah hatinya.

Seorang ibu juga selalu ingin membuat anaknya bahagia betapa pun kesulitan yang dihadapinya. Seperti kisah seorang ibu dalam judul Baju Baru Terakhirku. Bagaimana ketika ibu itu sakit, dia mengabaikan rasa sakitnya, pergi ke pusat kota Bandung untuk membelikan anak-anaknya baju baru untuk lebaran. Baju baru yang dikenakan anak-anaknya tapi tak pernah dilihatnya para buah hatinya itu memakainya.

Saya tahu cerita Baju Baru Terakhirku adalah bagian dari kisah hidup penulisnya. Dan cerita ini menjadi bagian tersedih yang membuat saya mewek saat membacanya. Mungkin karena ditulis dengan hati jadi begitu menyentuh di hati saya. Cerita lain juga menyentuh, tapi yang ini juaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar