Ibu Sayang Kamu (Kisah Nyata Perjuangan Kasih Sayang Ibu)
Apa yang dilakukan anak-anak zaman sekarang jika mereka diberi kado
ponsel dengan layar hitam putih, cuma bisa sms dan telponan, sudah tidak
beredar lagi di pasaran dan tidak ada permainan flappy bird?
Mungkin kado itu bakalan ditolak oleh mereka. Tapi, tidak demikian
dengan Mei Hwa. Seorang gadis kecil berusia 6 tahun di satu daerah di
Cina sana. Mei Hwa menerima kado ponsel jadul itu sebagai kado
terindahnya yang akan dia jaga sepanjang hidupnya.
Kenapa? Kok gitu sih? Itu karena satu tulisan di ponsel tersebut yang
membuka jati diri Mei Hwa. Cerita kemudian bergerak mundur ke belakang.
Tentang Sebuah gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter memporakporandakan
sebuah daerah di Cina dan menewaskan 10 ribu warganya. Banyak warga yang
terjebak dalam reruntuhan bangunan dan juga banyak relawan yang
membantu mengevakuasi warga yang terjebak. Salah satu relawan itu
bernama Pak Su Hwan.
Setelah dua hari menyisir bangunan-bangunan yang roboh, Pak Su Hwan
menemukan sebuah keajaiban. Dia menemukan jasad seorang ibu muda yang
mendekap sesuatu dalam selimut. Yang ternyata di dalam selimut itu ada
seorang bayi yang tengah menyusu ke jasad ibu muda itu. Ibu itu mencoba
melindungi bayinya agar tetap bertahan hidup dan menuliskan sesuatu di
ponselnya sebagai pesan untuk anaknya. 6 tahun kemudian ponsel itu
diberikan kepada si bayi yang sudah tumbuh menjadi seorang gadis kecil.
Ya, gadis kecil itu adalah Mei Hwa.
Itulah cerita pembuka dalam sebuah buku berjudul Ibu Sayang Kamu
(Kisah Nyata Perjuangan Kasih Sayang Ibu). Sebuah buku yang bercerita
tentang perjuangan dan cinta para ibu yang luar biasa. Cerita tentang
bagaimana kasih sayang ibu banyak kita dapati sepanjang usia kita. Kita
pun tentu juga mengalaminya, bagaimana ibu kita berjuang untuk diri
kita.
Perjuangan dan kasih sayang sudah para ibu lakukan sebelum bertatap
muka langsung dengan anak-anak mereka. Sebelum mereka tahu apa jenis
kelamin anak mereka. Tanpa mengetahui bagaimana bentuk fisik anak
mereka, para ibu sudah mencurahkan segala cinta, kasih dan sayangnya
dengan menjaga dan memberikan asupan gizi terbaik untuk anak mereka saat
mereka masih mengandung.
Selain cerita tentang Mei Hwa, ada juga cerita bagaimana tegarnya
seorang ibu berjuang untuk anaknya yang terserang virus rubella yang
merusak dan menggerogoti organ tubuh bayi Bu Kenanga, nama ibu tersebut.
Mata buah hati Bu Kenanga terkena katarak, telinganya tuli, jantungnya
bocor, mikrosefalus (kepala kecil), sistem saraf di tubuhnya
juga kena sehingga kepalanya lunglai kalau ditegakkan dan biasanya
bermasalah dengan gizinya.
Sejak vonis dokter tersebut Bu Kenanga pun menjadi pengunjung setia
rumah sakit besar di Jakarta. Bu Kenanga berjanji akan terus berjuang
demi kemajuan anaknya. “Ibu akan terus berjuang untuk kemajuanmu, Nak!
Langkah ibu untukmu. Langkah yang memiliki kekuatan seribu kuda, yang
selalu siaga mengantarmu ke mana pun kau pergi,” bisik Bu Kenanga ketika
menatap buah hatinya.
Seorang ibu juga selalu ingin membuat anaknya bahagia betapa pun
kesulitan yang dihadapinya. Seperti kisah seorang ibu dalam judul Baju
Baru Terakhirku. Bagaimana ketika ibu itu sakit, dia mengabaikan rasa
sakitnya, pergi ke pusat kota Bandung untuk membelikan anak-anaknya baju
baru untuk lebaran. Baju baru yang dikenakan anak-anaknya tapi tak
pernah dilihatnya para buah hatinya itu memakainya.
Saya tahu cerita Baju Baru Terakhirku adalah bagian dari kisah hidup
penulisnya. Dan cerita ini menjadi bagian tersedih yang membuat saya
mewek saat membacanya. Mungkin karena ditulis dengan hati jadi begitu
menyentuh di hati saya. Cerita lain juga menyentuh, tapi yang ini
juaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar