Proses masuknya agama kristen ke Indonseia terjadi
dalam dua gelombang, yaitu :
Pertama, masuk sejak zaman kuno. Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya Topograhica Christina, diceriterakan
pada abad ke-6 sudah ada komunitas Kristiani di India Selatan, di pantai
Malabar, dan Sri Langka. Dari Malabar itu agama Kristen menyebar ke berbagai
daerah. Pada tahun 650 agama Kristen sudah mulai berkembang di Kedah
(Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Pada abad ke-9 Kedah berkembang menjadi
pelabuhan dagang yang sangat ramai di jalur yang menghubungkan India-Aceh-Barus-Nias melalui Selat Sunda-Laut Jawa dan terus ke Cina.
Jalur inilah yang disebut sebagai jalur
penyebaran agama Kristen dari India ke Nusantara. Diberitahukan bahwa agama
Kristen mulai tumbuh di Barus (Fansur). Di daerah ini terdapat gereja yang
dikenal Gereja Bunda Perawan Murni Maria.
Disebutkan juga di dekat Barus terdapat desa tua yang dinamakan Desa Janji Mariah.
Dari uraian tersebut maka dapat dijelskan bahawa
agama Kristen (Katolik dan Protestan) masuk dengan cara damai melalui kegiatan
pelayaran dan perdagangan. Agama ini tumbuh di daerah-daerah pantai di
Semenanjung Malaya dan juga pantai barat di Sumatera. Penganut agama kristen
hidup dikota-kota pelabuhan sambil beraktivitas sebagai pedagang. Mereka
kemudian juga membuat pemukiman di daerah itu.
Kedua, dengan datangnya bangsa Barat ke Indonesia pada
abad ke 16.Kedatangan bangsa semakin mempercepat penyebaran agama Kristen ke
Indonesia. Telah diterangakan bahwa pada abad ke 16 telah terjadi penjelajahan
samudera untuk menemukan dunia baru oleh karena itu zaman ini sering disebut The Age of Discovery dengan semboyan gold, glory, gospel telah memotivasi dan
semboyan itu maka penyebaran agama Kristen oleh orang Portugis tidak terlepas
dari kepentingan ekonomi dan politik. Setelah menguasai Malaka tahun 1511
Portugis kemudian meluaskan ekploitasi ke Kepulauan Maluku dengan maksud
memburu rempah-rempah. Pada tahun 1512 pertama kali bangsa Portugis mendarat di
Hitu (Ambon) Kepulauan Maluku. Pada waktu itu perdagangan di Pulau Igis ramai.
Melalui perdagangan itu pula Islam sudah berkembang di Maluku. Kemudian bangsa
Portugis datang untuk menyebarkan agama Katolik dibeberapa daerah di Kepulauan Maluku.
Para penyebar agama Katolik di awali oleh para pastor (padre berarti imam dalam
bahasa Portugis). Pastor yang terkenal adalah Pastor Franciscus Xaverius SJ dari ordo Yesuit dan Metteo Ricci. Ia aktif mengunjungi desa-desa sepanjang Pantai
Leitimor, Kepulauan Lease, Pulau Ternate, Halmahera Utara, dan Morotai.
Franciscus Xaverius dan Motteo Ricci juga dikenal sebagai penyebar Katolik di
India, Cina dan Jepang. Usaha penyebaran Katolik dilanjutkan oleh pastor lain.
Kemudian di Nusa tenggara Timur seperti Flores, Solor, dan Timor agama Katolik
berkembang tidak terputus sampai sekarang.
Berikutnya agama Kristen berkambang di Maluku
terutama setelah VOC menguasai Ambon. Pada waktu itu para zending aktif
menyebarkan agama baru ini dengan semangat piesme,
yaitu menekankan pertobatan orang-orang Kristen. Penyebaran ini lebih intensif
saat Raffles berkuasa. Katolik dan Kristen berkembang di Indonesia Timur.
Beberapa penyebar agama Kristen terkenal dari negeri Belanda seperti Dr. Nomensen, Sbastian Danchaerts dan Heurnius yang berjasa di daerah
Tapanuli, Ambon, Jakarta, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan pulau lainnya.
Agama Katolik berkembang di Minahasa setelah
Portugis singgah pada abad ke-16 yang dipimpin oleh pastor Diogo de Magelhaens dan Pedro de Mascarenhas. Peristiwa ini
terjadi pada tahun 1563, yang dikatakan sebagai tahun masuknya Katolik di
Sulawesi Utara. Tercatat pada waktu itu telah tercatat dan raja menyatakan
masuk agama Katolik. Misalnya Raja Babotehu bersama1.500 rakyatnya telah di
babtis oleh Magelhaens.
SEJARAH KRISTEN MASUK KE INDONESIA........
Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor.
Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran. Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan. Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan.
[sunting] Umat Katolik Perintis di Indonesia: 645 - 1500
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Barat. Fakta ini ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta ini perlulah penelitian dan rentetan berita dan kesaksian yang tersebar dalam jangka waktu dan tempat yang lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku "Daftar berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di luarnya". yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia.
Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari Abu Salih al-Armini kita dapat mengambil kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Barat adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia. Di Barus juga telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda Perawan Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia seri 1, diterbitkan oleh KWI)
[sunting] Awal Mula: abad ke-14 sampai abad ke-18
Dan selanjutnya abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai kelanjutan umat di Barus atau bukan ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik di Sumatera Selatan.
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis yang berdagang rempah-rempah.
Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptiskan beberapa ribu penduduk setempat.
Selama masa VOC, banyak praktisi paham Katolik Roma yang jatuh, dalam hal kaitan kebijakan VOC yang mengutuk agama itu. Yang paling tampak adalah di Flores dan Timor Timur, dimana VOC berpusat. Lebih dari itu, para imam Katolik Roma telah dikirim ke penjara atau dihukum dan digantikan oleh para imam Protestan dari Belanda.Seorang imam Katolik Roma telah dieksekusi karena merayakan misa kudus di suatu penjara semasa Jan Pieterszoon Coen menjabat sebagai gubernur Hindia Belanda.
Pada tahun 2006, 3% dari penduduk Indonesia adalah Katolik, lebih kecil dibandingkan para penganut Protestan. Mereka kebanyakan tinggal di Papua dan Flores.
[sunting] Kristen Protestan
Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia. Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda. Pada 1965, ketika terjadi perebutan kekuasaan, orang-orang tidak beragama dianggap sebagai orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hak-haknya yang penuh sebagai warganegara. Sebagai hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota, sebagian besar dari mereka merasa gelisah atas cita-cita politik partai Islam.
Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas penting di beberapa wilayah. Sebagai contoh, di pulau Sulawesi, 17% penduduknya adalah Protestan, terutama di Tana Toraja dan Sulawesi Tengah. Sekitar 65% penduduk di Tana Toraja adalah Protestan. dibeberapa wilayah, keseluruhan desa atau kampung memiliki sebutan berbeda terhadap aliran Protestan ini, seperti Adventist atau Bala Keselamatan, tergantung pada keberhasilan aktivitas para misionaris.
Di Indonesia, terdapat dua provinsi yang mayoritas penduduknya adalah Protestan, yaitu Papua dan Sulawesi Utara, dengan 60% dan 64% dari jumlah penduduk.Di Papua, ajaran Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk asli. Di Sulawesi Utara, kaum Minahasa yang berpusat di sekeliling Manado, berpindah agama ke Protestan pada sekitar abad ke-19. Saat ini, kebanyakan dari penduduk asli Sulawesi Utara menjalankan beberapa aliran Protestan. Selain itu, para transmigran dari pulau Jawa dan Madura yang beragama Islam juga mulai berdatangan. Pada tahun 2006, lima persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah penganut Kristen Protestan.
1. Awal agama Kristen:
Awal adanya agama
Kristen diperkirakan dimulai pada pertengahan abad ke 7. Sumber-sumber tua
berbahasa Arab memberitakan tentang adanya umat Kristen di Sumatra Utara.
Menurut sumber-sumber lainnya dalam bahasa Arab diberitakan bahwa ada banyak
gereja dalam kurun waktu ini, dan salah satu gereja dipersembahkan untuk
Perawan Maria. Kenyataan ini bisa dipastikan, karena abad ke 7 adalah jaman
perkembangan misi penyebaran agama di Timur Jauh.Dalam tahun-tahun berikutnya datang semakin banyak penyebar agama dari Arab dan Persia lewat jalan Asia Tengah, sebagian dari mereka mengikuti jalan dagang lain ke Timur Jauh, yang melalui Teluk Persia, laut India dan sampai ke pantai-pantai di Asia Tenggara. Pembawa agama Kristen adalah para pedagang ulet dari Persia, Syria, Arab dan Turki.
Antara abad ke 13 dan 14 datang beberapa anggota serikat fransiskan dalam perjalanan misi ke Cina, karena Cina sudah selalu menjadi tujuan misi katolik. Dalam perjalanan ke sana mereka singgah di Indonesia terutama di Pulau Sumatra. Hilangnya gereja-gereja kristen awal ini diperkirakan karena datangnya dan tersebarnya agama Islam di India dan Indonesia.
2. Misi masa Portugis:
Dengan munculnya
orang Portugis di perairan asia pada abad ke 16 maka misi agama katolik selama
masa kekuasaan kolonial portugis mulai disebarkan dan diperluas secara
sistimatis di Indonesia. Karena dipengaruhi oleh ide perang salib mereka
berusaha mengkristianisasi suku-suku bangsa yang mereka kuasai dan melawan
kekuasaan islam yang membatasi dan menghalangi agama kristen dari eropa. ( Tiga G-Motif: Gold, Glory,
Gospel = Motif ekonomi,
politik dan agama).
Pembawa misi
katolik adalah misionaris Franziskan, Jesuit dan Dominikan. Setelah
menaklukkan Malakka pada tahun 1511 orang
Portugis berangkat ke Indonsia Timur dan menguasai pulau-pulau kecil di Maluku
seperti Amboina dan Ternate. Ternate menjadi
pangkalan pertama kegiatan misi. Dalam tahun-tahun sesudahnya berlangsung
upacara permandian secara masal sampai 7000 orang. Pada tahun1546 datang Franz Xaver ke Maluku dan
mengatur kegiatan misi secara lebih baik dan lebih intensif, sehingga gereja
muda semakin berkembang pesat sampai tahun 1560 dan jumlah orang yang
dipermandikan mencapai 80.000.
Dari
Maluku agama Kristen tersebar sampai ke Pulau Sulawesi, Solor, Flores dan
Timor.
Para pelaut Portugis membangun
stasi-stasi misi di tempat mereka mendarat dan tinggal. Die pulau-pulau ini ada
25.000 orang yang dipermandikan. Perlawanan terhadap penguasa kolonial
dilakukan oleh kaum Muslim, dan dalam persengketaan ini banyak orang kristen
dan misionaris yang tewas sebagai martir.
Tugas
misi dari kaum katolik Portugis yang berat ini semakin dipersulit lagi dengan
kedatangan orang-orang Belanda yang beragama kalvinis ke Maluku. Orang-orang
Portugis akhirnya didesak oleh orang-orang Belanda pada tahun 1613 ke luar dari
Maluku dan dengan demikian berakhirlah misi katolik di Maluku.
3. Agama Kristen di bawah naungan bendera
Belanda dalam abad ke 18 dan 19
Orang-orang
Belanda muncul pada akhir abad ke 16 ke seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 1602 bergabunglah kelompok-kelompok dagang di
Belanda menjadi sebuah Persekutuan Perdagangan dengan nama VOC (Vereinigte und Ost-Indische Companignien). Berdasarkan perjanjian dengan Negara
Belanda mereka boleh membentuk pasukan sendiri, mengumumkan perang, membuat
perjanjian dan mencetak mata uang sendiri. Berdasarkan perjanjian ini juga VOC
harus melakukan segala sesuatu untuk menyebarkan agama Protestan. Yang patut diingat
dalam hal ini bahwa perpindahan umat dari agama Katolik ke agama Protestan
berlangsung tanpa kekacauan.
Di
bawah pemerintahan VOC kegiatan agama katolik dilarang. Keadaan ini berubah
setelah masa kekuasaan VOC berakhir pada akhir abad ke 18. Pada tanggal 1
Januari 1800 Negara Belanda mengambil alih VOC yang telah bangkrut. Dengan
demikian Indonesia menjadi koloni Negara Belanda. Tetapi pada waktu ini Negara
Belanda juga berada di bawah kekuasaan Perancis yang menguasai Belanda 1795
dalam rangkaian Revolusi Perancis.
Penguasa
Perancis memberikan kemungkinan bagi kebebasan beragama.Orang-orang katolik
mengalami emansipasi hak secara penuh pada tahun 1798 di bawah pemerintahan
Raja Lodewijk. Hermann Wilhelm Daendels, Gubernur Jenderal di Indonesia (1808-1811)
mengumumkan kebebasan beragama
pada tahun 1808.
Dalam tahun ini juga datang dua imam projo Belanda J. Nelissen dan L. Prinsen ke Batavia (sekarang: Jakarta). Sesudah itu dibentuk Perfektur Indonesia
pertama di Batavia. Dengan itu Gereja Katolik mempunyai wadah organisasi dan
berkembang terus.
Segera
sesudah itu pemerintah Belanda menghadapi persoalan persaingan antara agama
Katolik dan Misi Protestan. Untuk mengatasi persoalan ini pemerintah Belanda
mengeluarkan perarturan-peraturan baru yang melarang "misi ganda"
(dubbele zending) dan memperbolehkan pembukaan wilayah-wilayah misi baru hanya
melalu isinan pemerintah.
Dalam
tahun-tahun berikutnya datang para misionaris dan mengambil alih stasi-stasi
misi yang ditinggalkan oleh orang-orang Portugis (Flores dan Timor) dan
mendirikan stasi-stasi misi baru di Flores, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi,
Seram dan Irian. Mereka memulai karya misi dalam bidang persekolahan dan rumah
sakit. Banyak Perfektur dibentuk dan kemudian diangkat menjadi beberapa keuskupan.
4. Gereja-gereja Indonesia pada abad ke 20:
Pada
tahun 1900 terhitung lebih
dari 50.000 orang yang dipermandikan di seluruh wilayah kepulauan Indonesia.
Walaupun situasi politik yang sering berubah seperti perang dunia pertama dan
kedua, pengusiran orang-orang Belanda dan para misionaris barat oleh
orang-orang Jepang dalam perang dunia kedua, perjuangan kemerdekaan Indonesia
sampai Proklamasi 17. Agustus 1945, gereja-gereja Indonesia bertumbuh terus.
Pada
tahun 1960 jumlah penganut
agama Katolik 1,3 juta orang (1,3% dari
jumlah penduduk seluruh Indonesia). Umat Katolik didampingi dan dilayani oleh 964 imam, 539 bruder dan 2472 suster. Dalam tahun 90-an ada 35 keuskupan
katolik di seluruh Indonesia dan jumlah pemeluk agama Katolik dalam kurun waktu ini 7 juta orang, dan itu
berarti 3,5% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Jumlah penganut agama
Kristen Protestan 12 juta orang, kira-kira 6% dari jumlah seluruh penduduk
Indonesia.
Karena
aktivitasnya di bidang persekolahan dan rumah sakit maka Gereja Katolik menjadi
mitra kerja penting bagi negara dalam bidang sosial politik.
(Diambil
dari: „Awal Mula Gereja Katolik Indonesia“ von Dr. P.M. Muskens, Ende 1974;
„Der Weg nach Asien - Die Ostsyrische Missionskirche“ von W. Hage, München
1978; „Der Protestantismus in Indonesien“ von Th. Müller-Krüger, Stuttgart
1968; „Die katholische Missionschule in Nusa Tenggara-Südostindonesien“ von K.
Piskaty, Steyl 1964; „Neue Dienste und Gemeindestrukturen in der kath. Kirche
Indonesiens“ von G. Kirchberger, St. Augustin bei Bonn 1986; „Die Beziehung
zwischen Christentum und Islam in der Geschichte Indonesiens und die
Möglichkeit des Dialogs“ – Diplomarbeit von Aleksius Armanjaya, Mödling 1997).
5. Sebuah pandangan ke depan pada awal abad
ke 21:
Hal-hal
penting bagi gereja-gereja Indonesia untuk masa depan adalah dialog antar
agama, bidang pendidikan sekolah dan universitas, lapangan kerja untuk kaum
muda, peranan kaum awam, inkulturasi, hak-hak asasi manusia dan masalah
lingkungan hidup.
Gereja-gereja
Indonesia dihadapi dengan berbagai peristiwa dalam beberapa tahun terakhir:
perubahan situasi politik sesudah era Presiden Soeharto sejak tahun 1997,
serangan kaum teroris, bencana alam, pengangguran terutama pengangguran
gererasi muda. Gereja-gereja Indonesia hidup menurut nilai-nilai Injil secara
jelas dan konsekuen, kalau gereja-gereja ini betul membantu orang-orang miskin
dan tertindas, turut aktif dalam pembangunan sistem ekonomi yang adil dan
sosial, yang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan martabat manusia, kalau
gereja-gereja turut mencari penyelesaian damai dalam masalah-masalah antar
agama dan dalam kehidupan bermasyarakat. Hanya dengan cara inilah gereja-gereja
Indonesia bisa menjaga identitasnya dan menunjukkan profilnya sebagai pengikut
dan penerus karya Jesus Kristus.
Telah
diuraikan bahwa tujuan penjelajahan samudra oleh bangsa-bangsa Eropa, selain
mencari dan merampas harta kekayaan seperti emas dan perak dari negeri-negeri
yang mereka temukan, juga membujuk rakyat pribumi untuk memeluk agama kristen.
Para pelaut spanyol dan portugis mengemban amanat khusus dari rakyat-rakyat mereka untuk membujuk rakyat pribumi memeluk agama katholik. Pada setiap kapal spanyol dan portugis selalu turut serta para paderi. Mereka disamping menjaga keselamat jiwa awak kapal, bertujuan juga menyebarkan agama nasrani di daerah-daerah yang mereka kunjungi. Penyebaran agama kristen di indonesia mengikuti gerakan pendudukan dan koloni bangsa barat.
Para pelaut spanyol dan portugis mengemban amanat khusus dari rakyat-rakyat mereka untuk membujuk rakyat pribumi memeluk agama katholik. Pada setiap kapal spanyol dan portugis selalu turut serta para paderi. Mereka disamping menjaga keselamat jiwa awak kapal, bertujuan juga menyebarkan agama nasrani di daerah-daerah yang mereka kunjungi. Penyebaran agama kristen di indonesia mengikuti gerakan pendudukan dan koloni bangsa barat.
1. Penyebaran agama kristen di maluku
Pada abad ke-16 bangsa potugis memperoleh kedudukan di maluku. Pada masa itu pula agama kristen (katholik) tumbuh diwilayah itu. Penyebar agama kristen khatolik di malaku ialah misi Yezuit dari spanyol, bernama Franciscus Xaverius. Ia berada di maluku selama satu tahun, yaitu antara bulan juni 1546 sampai april 1547. Penyebaran agama kristen itu dibarengi dengan gerakan sosial, yaitu meningkatkan kesehatan rakyat, menyelenggarakan pendidikan, dan sebagainya.
Kemudian datang pula paderi-paderi misi katholik ke halmahera, bacan, dan ambon. Selain itu bangsa belanda yang datang ke maluku pun menyebarkan agama kriten protestan. Bangsa belanda kadang-kadang memaksa orang-orang yang telah memeluk agama katholik untuk pindah ke agama protestan.
2. Penyebaran agama kriten di pulau jawa
Di pulau jawa pertumbuhan dan perkembangan agama kristen terjadi terutama pada abad ke-19. Seperti dalam proses penyebaran agama islam, penyebaran agama kristen dipulau jawa melalui pusat-pusat penyebaran. Pusat penyebaran pertama adalah di jawa timur. Dekat jombang terdapat desa-desa kristen, yaitu ngoro dan mojowarno. Di mojowarno bekerja seorang missionaris perintis di jawa, bernama jellesma (1851-1858). Desa-desa kristen itu dijadikan model percontohan oleh missionaris sampai awal abad ke-20.
Semarang dan sekitarnya merupakan pusat penyebaran kristen kedua. Di semarang bekerja tiga orang missionaris belanda ialah Bruckner, Hoezoo, dan Jansz. Penyebaran agama kristen di jawa tengah lebih berhasil dibagian selatan dari pada dibagian utara. Di jawa tengah, agama kristen tumbuh di salatiga, purworejo, probolinggo, banyumas, magelang, ambarawa, cilacap, wonosobo, dan kebumen.
“masyarakat kristen itu merupakan
kelompok minoritas, yang tenggelam dalam massa pemeluk islam, tapi cukup
terbina oleh missionaris”
Pertumbuhan
agama kristen di jawa tengah diperkuat dengan adanya permukiman-permukiman
bangsa belanda. Orang-orang belanda pengusaha swasta, pegawai pemerintah atau
militer mempunyai pemukiman di kota-kota di jawa tengah bagian selatan.
Pada masa perang diponegoro timbul kota-kota garnisun tentara belanda, seperti purworejo, magelang, ambarawa, dan cilacap. Lain dari pada itu timbul pula kota-kota administrasi dan kota perkebunan seperti wonosobo, kebumen dan banyumas. Masyarakat belanda di kota-kota tersebut mendirikan gereja-gereja sendiri, yaitu gereja protestan.
Pada masa perang diponegoro timbul kota-kota garnisun tentara belanda, seperti purworejo, magelang, ambarawa, dan cilacap. Lain dari pada itu timbul pula kota-kota administrasi dan kota perkebunan seperti wonosobo, kebumen dan banyumas. Masyarakat belanda di kota-kota tersebut mendirikan gereja-gereja sendiri, yaitu gereja protestan.
3. Penyebaran agama kristen di tanah batak
Daerah batak terletak di antara dua daerah yang kuat, yaitu aceh dan minangkabau. Masyarakat batak sebagian besar masih menganut kepercayaan nenek moyang, karena proses islamisasi tidak sampai kepedalaman. Oleh sebab itu tanah batak dianggap baik untuk menyebarkan agama kristen. Untuk kepentingan penyebaran injil, pada tahun 1849 ditugaskan Dr N. Van der Tuuk yang dikirim ke daerah pedalaman batak dan memulai tugasnya di barus. Setelah melalui berbagai kesulitan ia berhasil menyusul ke daerah pedalaman dan daerah toba.
Sejak tahun 1860 misi kristen mulai
banyak yang masuk kedaerah silindung dan toba. Pos-pos sending berdiri di
beberapa tempat di kedua daerah itu.
“penyebaran agama kristen di tanah
batak merupakan permulaan masuknya penjajah belanda di situ”
Sekitar tahun 1877 sisingamang araja XII mengadakan kampanye anti kristen dan
menganjurkan kepada rakyatnya agar mengusir zending-zending kristen. Terjadi
penyerangan terhadap pos-pos zending dengan mengadakan perusakan-perusakan atau
pembakaran.
Mendengar keadaan itu pos militer belanda di sibolga mengirim pasukan ke silindung pada tanggal 8 januari 1978, dengan bergeraknya pasukan belanda ke pedalaman silindung, berarti belanda memulai gerakan penaklukannya.
Mendengar keadaan itu pos militer belanda di sibolga mengirim pasukan ke silindung pada tanggal 8 januari 1978, dengan bergeraknya pasukan belanda ke pedalaman silindung, berarti belanda memulai gerakan penaklukannya.
http://zhasriani.blogspot.co.id/2014/12/proses-masuknya-agama-kristen-di.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar